TANJUNG REDEB- Kepala Adat Kampung Merasa, Kecamatan Segah, Amat Along menganggap PT Berau Coal tak beretika. Pasalnya, PT Berau Coal disebut datang tanpa izin dan pulang tanpa pamit.
Hal itu diungkapkannya karena merasa kesal sebab hingga hari ini perusahaan berlogo hitam hijau itu samasekali belum pernah hadir menemui masyarakat Kampung Merasa, yang lahannya digunakan sebagai lokasi pengeboran untuk kegiatan eksplorasi PT Berau Coal.
“Sampai saat ini mereka tidak mau ketemu masyarakat yang punya tanah, kamilah masyarakat ini yang buka lahan itu,” ucapnya, Kamis (1/8/2024).
Bukan hanya tak kunjung menemui masyarakat, PT Berau Coal juga membawa alat berat yang telah disegel masyarakat beberapa waktu lalu. Ia menyebut alat berat tersebut dibawa tanpa sepengetahuan pihaknya.
“Malahan alat yang kami segel itu dibawa lari, kabur. Tidak ada penyelesaian. Makanya kemarin saya sampaikan, karena ada lahan tanaman sawit sama jahe kami yang terbongkar di situ, harusnya ada itikad baik perusahaan untuk membicarakan persoalan ini,” jelasnya.
Untuk itu, Amat beserta masyarakat adat Kampung Merasa bersepakat akan terus mengungkit persoalan tersebut hingga pihak PT Berau Coal turun menemui masyarakat yang lahannya terdampak akibat pengeboran tersebut.
“Jadi sikap kami saat ini akan membuat satu reaksi supaya PT Berau Coal betul-betul memperhatikan hak masyarakat itu. Karena apa? Mereka masuk tanpa izin, pulang tanpa pamit. Ibaratnya masuk lewat jendela, pulang lewat jendela juga, itu kan tidak bagus seperti itu,” imbuhnya.
Amat mengisahkan bahwa pada tahun 2012, dirinya bersama dengan masyarakat lainnya melakukan pembongkaran patok milik PT Berau Coal, bahkan hal itu disaksikan oleh pemerintahan kampung setempat.
“Nah, sekarang malah ada lagi. Padahal waktu itu disaksikan sendiri oleh pihak PT Berau Coal. Sekarang, kalau dbilang berizin, siapa yang memberi izin? Masyarakat mana? Kami saja tidak diajak berdiskusi apa-apa. Walaupun misalnya mereka punya izin resmi, setidaknya permisi dulu sana masyarakat setempat,” tegasnya.
Ia juga menyayangkan tindakan PT Berau Coal yang seolah tidak peduli pada perasaan masyarakat Kampung Merasa, sebab masyarakat menilai kegiatan pengeboran yang dilakukan di atas lahan perkebunan mereka seperti tindakan semena-mena.
“Jangan masuk lewat jendela, keluar juga lewat jendela, ketok dulu lah. Permisi kami ada kegiatan pengeboran, kan gitu enak. Jadi banyak masyarakat yang keberatan sekarang. Karena masyarakat mau ke sana pun takut-takut dengan adanya kegiatan pengeboran itu,” tambahnya.
Amat mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pertemuan dengan masyarakat guna membahas kembali persoalan PT Berau Coal tersebut.
“Jadi karena mereka tidak mau turun menemui kami, kamu nanti yang akan menemui mereka. Kita tidak mau sampai ada terjadi selisih paham atau keributan. Kami tidak tahu apa maunya PT Berau Coal ini, kenapa mereka malah tidak mau samasekali menemui masyarakat. Padahal kalau ada izinnya, tinggal dilihatkan saja izin itu. Tapi tetap harusnya izin juga sama masyarakat yang punya tanam tumbuh di atas lahan itu,” tandasnya.
Sementara itu, Corporate Communication Superintendent PT Berau Coal, Rudini Rahim yang dihubungi media ini terkait persoalan tersebut belum memberikan tanggapan apapun. (Tim/Fery)