TANJUNG REDEB – Sejumlah distributor beras di Kabupaten Berau mengaku semakin sulit menjual beras sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Pasalnya, harga dari daerah pemasok seperti Pulau Jawa dan Surabaya mengalami lonjakan yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
Kepala Dinas Pangan Kabupaten Berau, Rakhmadi Pasarakan, mengatakan situasi ini tidak hanya terjadi di tingkat pedagang, namun juga sudah dirasakan sejak beras keluar dari daerah produksi.
“Ketika harga dari sumber sudah tinggi, wajar jika distributor tidak mampu mengikuti regulasi HET. Banyak beras dari Jawa dan Surabaya yang datang ke Berau sudah berada di atas ketentuan tersebut,” jelasnya, selasa (25/11/2025).
Distributor disebut berada dalam posisi serba sulit. Menjalankan usaha dengan standar HET dinilai tidak sejalan dengan biaya yang harus dikeluarkan, mulai dari pembelian hingga proses pengiriman.
Para pelaku usaha juga menyoroti faktor kualitas beras yang sangat beragam. Menurut Rakhmadi, hal itu menyebabkan penetapan HET tidak selalu relevan di lapangan.
“Standar HET tidak membedakan kelas beras, apakah beras dua kali poles atau tiga kali poles. Jika dipaksa mengikuti HET, maka kualitas pasti akan dikorbankan,” tambahnya.
Walaupun harga beras di Berau sempat turun belakangan ini, penurunan tersebut belum cukup membuat harga menyentuh angka HET. Pemerintah daerah berharap ada penyesuaian kebijakan dari pemerintah pusat agar sejalan dengan kondisi pasar terkini.
“Jelang Natal dan Tahun Baru, kami ingin suplai tetap terjaga. Kami menunggu langkah resmi pemerintah pusat yang bisa memberikan kepastian bagi semua pihak,” pungkasnya.(ADV/SC)













