Tanjung Redeb – Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus mencatat, jumlah anak berkebutuhan khusus di Berau jumlahnya 1.046 anak. Dengan kasus paling banyak adalah Tuna Grahita.
Ketua Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus, Agustam mengatakan, Tuna Grahita adalah kondisi ketika seseorang memiliki kemampuan intelektual dan kognitif di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam belajar, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.
“Paling banyak adalah kasus anak yang memiliki IQ dibawah rata-rata, dengan persentase hampir 50 persen” katanya.
Tidak hanya itu, kasus anak Autis juga jumlahnya meningkat beberapa tahun belakangan ini. Hal itu dipengaruhi minimnya kesadaran orang tua untuk mengetahui kondisi anaknya.
“Untuk menekan angka itu, butuh kesadaran orang tua untuk sesegera mungkin memeriksakan anaknya,” katanya.
Disebutkannya, ciri-ciri anak autis adalah memiliki kontak mata yang minim, jinjit, hingga lambat bicara.
“Jika menemukan tanda-tanda itu, segera melapor ke Puskesmas atau ke rumah sakit agar bisa dilakukan rehabilitasi,” ungkapnya.
Dijelaskannya, di Kabupaten Berau terdapat cukup banyak klinik tumbuh kembang, rumah edukasi, SLB hingga sekolah inklusi yang tersebar hampir di seluruh Kecamatan di Berau.
“Fasilitas untuk rehabilitasi di Berau cukup banyak, tinggal bagaimana peran orang tua menunjukkan perhatiannya kepada anak, agar bisa mendapat penanganan yang baik,” sebutnya.
Dirinya berharap, agar jumlah guru inklusi di Berau bisa bertambah. Hal itu sejalan dengan mulai majunya pemikiran orang tua terhadap tumbuh kembang anak-anak berkebutuhan khusus.
“Kami sudah melakukan sosialisasi hingga ke akar rumput, tentunya tinggal kolaborasi saja untuk memberikan fasilitas yang layak terhadap anak-anak berkebutuhan khusus,”
Tutupnya.
Penulis: Fery
