Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Zona.my.id PT Zona Nyaman Indonesia
Get
Example floating
Example floating
BerauBerita

SD dan SMP Minim RKB, Anggaran Jauh dari Cukup

ZonaTV
308
×

SD dan SMP Minim RKB, Anggaran Jauh dari Cukup

Sebarkan artikel ini
6ba31ee7 picsart 23 10 09 17 46 06 035 11zon
IKLAN VIDEO LIST

Tanjung Redeb – Banyak sekolah khususnya SD dan SMP di Kabupaten Berau belum memiliki ruang kelas belajar (RKB) yang memadai. Anggaran yang disiapkan untuk pembangunan RKB tersebut juga masih jauh dari kebutuhan.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Berau, Yudi Artangali menjelaskan Berau memiliki 48 SMP yang tersebar pada semua kecamatan. Dari jumlah itu, 20 persen sekolah masih kekurangan RKB.

“Dari 20 persen itu artinya ada 13 sekolah yang masih kurang ruang kelasnya. Kalau SD, ada 158 SD di Berau. Masih banyak juga yang kekurangan ruangan,” jelasnya.

Untuk menambah RKB tersebut, diakui Yudi, terdapat anggaran yang disiapkan pemerintah daerah sejumlah Rp 5 miliar. Sedangkan sisanya Rp 2 miliar untuk bangunan lain.

“Jadi ada Rp 7 miliar untuk SMP. Tapi jumlah itu bukan hanya khusus untuk bangun RKB. Anggaran itu juga untuk bangun gedung sekolah baru. Misalnya, di Lamin itu harapannya untuk bangun SD yang baru,” imbuhnya.

Jumlah itu, lanjut Yudi, tentu jauh dari kebutuhan. Padahal, total anggaran yang diperlukan untuk pembangunan RKB SMP senilai Rp 20 miliar. Seperti SMP, RKB SD bahkan jauh lebih memprihatinkan.

“Yang SD malah jauh sekali. Anggaran yang ada hanya Rp 2,2 miliar. Padahal kami perlukan Rp 20 miliar juga,” bebernya.

Untuk mengatasi kekurangan RKB itu, ungkap Yudi, para kepala sekolah selama ini terpaksa memaksimalkan kreativitasnya. Atau dengan kata lain, para kepala sekolah menyiasati dengan memanfaatkan ruang atau gedung lainnya untuk dijadikan sebagai RKB.

“Ada yang memadatkan. Ada yang shift. Ada yang tambah dinding. Kemudian bangun tenda yang baru terjadi sekarang di SMPN 4 Kelay itu,” tegasnya.

Disinggung terkait kurangnya RKB di Kelay, Yudi menegaskan sudah ada rapat terkait masalah itu. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan segera turun ke lokasi untuk memantau kejelasan pembangunan tenda sebagai ruang kelas tersebut.

“Nanti kami cek di lapangan agar tidak confuse data. Karena data yang ada sebetulnya untuk SMPN 4 Kelay, kelas 3 itu hanya 22 orang. Itu cukup 1 kelas. Kemudian kelas 2 itu, 32 orang cukup 1 kelas. Sedangkan kelas 1 ada 38 orang,” tambahnya.

Dengan banyaknya jumlah murid kelas 1 maka otomatis mesti ada dua ruangan. SMP Kelay sendiri memiliki 4 ruangan. 3 ruangan belajar dan 1 ruang laboratorium. Karena itu, apabila ruang lab dipakai maka tidak melahirkan masalah.

“Yang jadi pertanyaan saya kenapa dipakai tenda lagi. Mungkin kelas dua dibagi juga dua kelas. Padahal semestinya lebih bagus tambah kursi di dalam ruangan itu,” tambahnya.

Ke depan, Yudi berupaya agar ada penambahan RKB untuk SMP 4 Kelay tersebut. Hal itu bertujuan agar penggunaan tenda sebagai ruangan kelas tidak terjadi lagi.

“Kami dari dinas sudah mengusahakan 2024 tambah 3 ruang kelas belajar. Sehingga ada 6 ruang kelas. Tiap angkatan punya dua ruang kelas,” cetusnya.

Tak hanya di Kelay, tambah Yudi, persoalan itu juga dialami di Tanjung Redeb dan di Segah. Untuk mengatasi hal itu, para guru menerapkan sistem shift dan memakai ruangan yang lain.

“Di Tanjung Redeb ini banyak juga yang kurang ruang kelas. Tapi dia menyiasati dengan sistem shift, pagi dan sore. Juga di Segah kurang ruang kelas akhirnya gunakan lahan parkir. Tapi tahun ini sudah ada bangunan di sana,” tandasnya. (*/TNW/FST)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan