Tanjung Redeb — Dalam rentang dua bulan terakhir, Kabupaten Berau dihadapkan pada situasi memprihatinkan, sebanyak 17 kasus kekerasan seksual terhadap anak dilaporkan terjadi. Lonjakan kasus ini memicu langkah cepat dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) untuk memperketat pengawasan dan memperluas edukasi di tingkat akar rumput.
Kepala DPPKBP3A Berau, Rabiatul Islamiah, menuturkan bahwa pihaknya kini mengintensifkan sosialisasi di lingkungan sekolah dan pemukiman warga, sebagai bagian dari upaya pencegahan yang menyentuh langsung sasaran.
“Perlindungan terhadap anak tidak bisa hanya dilakukan saat kejadian sudah berlangsung. Kita harus hadir lebih awal melalui edukasi dan penguatan komunitas,” ucapnya saat ditemui dalam agenda pelatihan peningkatan kapasitas,
Sebagai bentuk keterlibatan komunitas, DPPKBP3A juga mengaktifkan kembali jejaring perlindungan berbasis warga seperti PATBM (Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat). Organisasi ini dibekali pelatihan khusus terkait pelaporan kasus dan pendampingan korban, agar mampu menjadi garda awal di lingkungan masing-masing.
Rabiatul menjelaskan bahwa para peserta pelatihan didorong untuk mengambil peran ganda — sebagai pelopor yang menyebarkan edukasi dan menciptakan lingkungan aman, serta sebagai pelapor yang sigap melaporkan jika ada tanda-tanda kekerasan di sekitarnya.
“Kita butuh lebih banyak mata dan hati di lapangan. Karena terkadang, korban tidak berani bersuara. Di sinilah peran masyarakat sangat vital,” tegasnya beberapa waktu lalu saat diwawancarai
Namun di balik berbagai upaya tersebut, ia mengakui masih ada kendala serius yang harus dihadapi, yaitu terbatasnya tenaga profesional di bidang psikologi.
“Pendampingan terhadap korban sangat penting, tapi sayangnya, kami masih minim sumber daya psikolog klinis. Untuk saat ini, kami mengandalkan tenaga konselor dan beberapa personel hukum di UPT PPA,” terang Rabiatul.
Ia menambahkan bahwa Pemkab Berau saat ini mengoperasikan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga), yang berfokus pada edukasi keluarga serta layanan konseling preventif. Di berbagai pelatihan yang digelar, termasuk yang berlangsung hari ini, psikolog juga dilibatkan sebagai narasumber untuk memperkuat kapasitas para relawan dan petugas lapangan.
Melalui pendekatan kolaboratif antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat umum, DPPKBP3A optimistis bahwa angka kekerasan terhadap anak dapat ditekan, bahkan dihapuskan dari wilayah Kabupaten Berau.
“Yang kita inginkan bukan hanya berkurangnya angka laporan, tapi terbentuknya lingkungan sosial yang benar-benar bebas dari kekerasan terhadap anak,” tutupnya.
Penulis : Suci
Editor : Fery