Tanjung redeb– Ancaman abrasi di Pulau Derawan kini semakin meresahkan. Kepala Kampung Derawan, Indra Mahardika, menyebut abrasi bukan lagi masalah kecil, melainkan ancaman serius yang dapat memengaruhi kehidupan penduduk dan keberlangsungan sektor pariwisata di pulau ini.
“Masalah abrasi ini merupakan permasalahan serius dan sangat berat bagi keberlangsungan wisatawan maupun penduduk asli Derawan,” ujar Indra saat diwawancarai. Senin, (05/05/2025).
Indra menjelaskan bahwa pihak pemerintah kampung sudah sejak lama mengajukan permohonan penanganan abrasi, namun hingga kini belum ada pembangunan konkret di lapangan. “Kami dari pemerintah kampung bukan hanya setahun dua tahun meminta, tetapi sudah hampir puluhan tahun kami minta agar abrasi ini segera ditangani,” tegasnya.
Ia menyampaikan bahwa harapan masyarakat sangat besar agar tahun ini menjadi awal dari keseriusan pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur pengendali abrasi, khususnya untuk menyelamatkan Pantai Derawan yang menjadi daya tarik wisata utama.
Lebih lanjut, Indra mengungkapkan bahwa abrasi telah menyebabkan kerusakan parah, terutama di kawasan pantai Kiyani. “Sudah ada sekitar lima bangunan di ujung Pantai Kiyani yang hancur lebur, sekarang tinggal sisa puing-puingnya saja. Ini sudah sangat mengkhawatirkan,” katanya.
Meski begitu, ada sedikit angin segar. Indra menyebut bahwa pada rapat terakhir yang digelar pada April lalu bersama PUPR Provinsi, DLHK Provinsi, dan Dinas PUPR Kabupaten Berau, proses perizinan untuk pemanfaatan tata ruang laut sudah rampung. Ini menjadi tahapan penting sebelum pembangunan fisik dilakukan.
“Untuk pembangunan di lapangan kami kurang tahu persis, tapi informasi terakhir paling lambat bulan Juni, setelah Lebaran Haji ini, sudah masuk proses lelang. Jadi jika tidak ada halangan, tahun ini akan dibangun,” ungkapnya penuh harap.
Warga dan pemerintah kampung kini menantikan komitmen nyata pemerintah agar Pulau Derawan, sebagai ikon wisata Kalimantan Timur, tidak terus-menerus tergerus abrasi dan kehilangan daya tarik alaminya.
Penulis : Suci
Editor : Fery