Tanjung Redeb – Program Badan Layanan Umum (BLU) Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas I Kalimarau untuk mendatangkan pesawat cargo belum juga terealisasi hingga saat ini.
Alih-alih pesawat itu direncanakan mendarat di Kalimarau, 13 Maret 2024 lalu, hal itu belum juga terwujud hingga saat ini. Berikutnya, ulah pembeli (buyer) di Jakarta disebut sebagai penyebab gagal mendaratnya pesawat tersebut.
Kepala Kantor BLU UPBU Kelas I Kalimarau, Ferdinan Nurdin menjelaskan pada tanggal 13 Maret itu, pencharter atau konsolidator di Berau sudah menyiapkan komoditas dari sektor perikanan hingga mencapai 15 ton untuk diangkut oleh maskapai penerbangan yang saat itu sudah siap.
“Tetapi buyer di sana belum siap menampung ikan hingga 15 ton itu. Dan itu tidak kecil dan butuh biaya besar. Dan sebetulnya mereka di Jakarta sudah punya link. Tapi mungkin cara marketing dan sosialisasi kepada buyer-buyer yang ada di sana yang belum optimal,” ungkapnya.
Disampaikannya, bila pesawat cargo itu mendarat maka pihaknya sudah menyiapkan masa uji coba penerbangan pesawat cargo, dua kali dalam seminggu. Hal itu bertujuan agar pihaknya dapat memastikan keberlanjutan moda transportasi udara tersebut.
“Wacananya akan dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Itu untuk cek ombak. Sehingga apakah ada penerbangannya dan bisa ada kelanjutannya. Jangan sampai kita menjanjikan kepada buyer ada barang dua minggu sekali, tapi barangnya nggak ada. Ini juga patut dipertanyakan kesiapan pencharter maupun barang yang ada di Berau,” tegasnya.
Ditambahkannya, meskipun program mendatangkan pesawat itu belum juga terlaksana hingga hari ini, pihaknya tidak patah semangat. Sebaliknya, BLU UPBU Kelas I Kalimarau terus membangun komunikasi dengan pihak terkait lainnya untuk merealisasikan program itu.
“Kita tidak pesimis. Kami sudah berkomunikasi dengan konsolidator atau pencharternya pesawat itu sendiri, untuk terus berupaya mencari buyer-buyer yang bisa menampung komoditas yang ada di Berau ini,” tandasnya. (Elton/Fery)