Tanjung Redeb – Pencairan bonus untuk peraih medali pada berbagai ajang olahraga mulai dari Porprov VII Kaltim 2022, Popda Kaltim XVI Paser 2022, Sea Games XII Kamboja, hingga Korpri VI Kutai Kertanegara sudah direalisasikan.
Semua peserta penerima bonus tentu bahagia karena janji pemerintah daerah itu sudah terjawab. Namun, masih ada keluhan dan kekecewaan yang datang dari beberapa pihak. Terutama dari pelatih dan atlet cabang olahraga (Cabor) Esports Indonesia (Esi) Berau.
Seorang pelatih dari Divisi Free Fire (FF) Cabor Esports, Christian mengaku pada perhelatan ajang olahraga Porprov VII Kaltim lalu, dirinya menyumbang emas untuk perlombaan FF yang dilatihnya. Namun, pada saat pencairan, dirinya malah mendapat bonus dari kategori perak.
“Di data yang saya peroleh justru yang raih emas itu salah seorang pengurus Cabor. Dia juga bukan pelatih. Lalu saya sendiri didaftarkan pada pelatih peraih perak. Ini tentu tidak masuk akal,” jelasnya.
Karena itu, dirinya menuntut agar haknya sebagai pelatih yang berkontribusi dalam menyumbangkan dua emas itu harus diberi sesuai besaran bonus yang telah dijanjikan. Apalagi untuk divisi FF, terdapat dua emas yang disumbangkan.
“Divisi FF sumbang dua emas. Seharusnya itu yang dimasukan. Bukan malah sebaliknya dimasukkan pada medali lainnya. Kalau misalnya pengurus mau bonus yang diterima pelatih diserahkan ke atlet yang tidak meraih medali, jangan seperti itu juga caranya,” keluhnya.
Terpisah, salah satu atlet peraih emas lomba Mobile Legend (ML), Evelin pada Cabor yang sama juga kecewa. Lantaran terdapat potongan 30 persen dari bonus yang diperoleh. Potongan itu juga baru disampaikan setelah pencairan dilakukan.
“Jadi, pada saat Porprov sampai sebelum pencairan, kami tidak pernah disampaikan ada potongan 30 persen itu. Nah, setelah pencairan, bonus itu diminta pengurus agar dipotong,” imbuhnya.
Diakuinya, awalnya potongan itu diminta oleh salah satu pengurus Esi untuk pengurus cabor. Namun, permintaan itu kemudian diubah melalui penyampaian tidak resmi bahwa potongan itu untuk para atlet yang tidak meraih medali.
“Awalnya saya dichat kalau potongan itu untuk pengurus. Tapi kemudian disampaikan untuk atlet. Lalu saya buat negosiasi. Dan akhirnya saya beri tiga juta. Di bawah 30 persen. Dan pengurus itu mau,” bebernya.
Tak hanya potongan 30 persen itu, dirinya juga mengaku kecewa lantaran dalam komunikasi yang dibangun oleh pengurus cabor bersama dirinya, terdapat kekerasan verbal, bahasa intimidatif, dan ancaman tertentu yang disampaikan padanya.
“Saya tentu merasa merasa ditekan dan diteror. Bahkan ada bahasa yang muncul dari mana kami dapat uang dengan begitu gampangnya kalau bukan dari mereka (pengurus, red),” paparnya.
Menanggapi keluhan pelatih dan atlet Cabor Esi, Ketua Esi Berau, Akbar Patompo menjelaskan terkait pelatih yang mendapat emas, tetapi selanjutnya didaftarkan pada kategori perak; terjadi karena pelatih tersebut dinilai tidak aktif.
“Karena dia pelatih yang tidak aktif. Kalau pelatih itu, dia dapat dua emas, otomatis dia dapat 30 juta sendiri. Kemudian pelatih-pelatih yang lain, yang lebih aktif lagi hanya dapat 9 juta. Gimana rasanya?” terangnya.
Agar semua pelatih mendapat bagian, ungkapnya, sejak awal pengurus cabor sudah membuat kebijakan agar semua pelatih itu berstatus sama tanpa disebutkan kategori atau divisinya. Hal itu bertujuan agar ketika pencairan tiba, bonus pelatih itu dinikmati secara bersama.
“Pelatih di Esi itu kita tidak tulis pelatih apa. Ini sengaja kita set dari awal supaya nanti ada yang tidak dapat atau namanya hilang, kita juga bisa bagikan ke mereka. Siapa yang nanti berikan sesuatu kepada mereka yang sudah bertarung ini, kalau pengurus tidak mengatur ini dengan baik,” ujarnya.
Disampaikannya, jika pengaturan pengurus itu tidak diterima baik, maka seharusnya pelatih itu datang saat dibuat pertemuan bersama terkait masalah bonus tersebut. Menjadi soal, pelatih itu tidak pernah memenuhi undangan pertemuan yang digelar.
“Sebagai pengurus saya juga merasa tidak dihargai. Masalah itu seharusnya tidak ada kalau dia mau datang. Dan kalau dia tidak terima seharusnya dia datang. Apalagi untuk masukan dia ke peraih perak juga sudah dikomunikasikan,” tambahnya.
Sedangkan untuk potongan dari atlet sejumlah 30 persen itu, Akbar menambahkan uang tersebut bukan untuk pengurus. Potongan itu untuk semua pelatih, official, dan atlet lainnya. Potongan itu pun bukan dalam konteks paksaan. Melainkan dalam bentuk sukarela.
“Uang itu juga bukan untuk saya. Untuk semua. Ini kerja semua. Itu untuk teman-teman. Karena kita ini banyak. Karena semua nomor tanding yang kita usulkan itu masuk. Lolos. Nah kemarin kita undang. Kalau ada yang ikhlas, beri. Kalau tidak, jangan,” sambungnya.
Dirinya pun menambahkan bahwa masalah itu tidak perlu dibesar-besarkan dengan melibatkan pihak lain. Pasalnya, dapat diselesaikan secara internal dan kekeluargaan. Apalagi menurutnya, bonus yang diperoleh atlet semata-mata karena perjuangan pengurus.
“Karena memang mudah dong mereka (atlet, red) dapat uang. Kan mereka nda ngapa-ngapain. Perjuangan itu kan di kami (pengurus, red). Emasnya itu kan kita yang ngatur. Udahlah. Olahraga ini kan diatur,” katanya.
Terpisah Kepala Dispora Berau, Amiruddin menjelaskan pihaknya hanya berwenang mencairkan bonus berdasarkan data yang masuk ke Dispora. Karena itu, terkait pengaturan pihak yang berhak mendapat emas dan perak bukan menjadi wewenangnya.
“Sebelum pemberian bonus, data-datanya sudah dibahas oleh tim yang terdiri dari Kejaksaan, Polres, Dispora, Bagian Hukum, BPKAD, dan media. Tim tidak ada kapasitas menambah atau mengurangi. Kami berdasarkan data usulan dari KONI dan SK hasil pertandingan. Dispora hanya nyiapkan dananya untuk bonus,” tutupnya. (TNW/FST)