Tanjung Redeb – Kepala Kampung Bumi Jaya, Imam Subagiyo dikabarkan akan segera membayar gaji kepala tukang yang mengerjakan gapura menuju Kantor Kampung Bumi Jaya.
Setelah itu, dirinya juga berencana akan segera mengusir kepala tukang tersebut. Lantaran menurutnya tukang tersebut tidak menghargai kebaikannya selama ini.
“Secepatnya saya akan beri uang itu. Malam ini kalau bisa. Lalu setelah itu saya akan usir dia,” ungkapnya kepada media, Senin (26/2/2024), malam melalui sambungan telepon WhatsApp.
“Karena saya betul-betul kecewa. Sudah saya tolong, tampung di situ (gedung PKK, Red), tidak ada uang juga saya yang pinjamkan,” tegasnya.
Dijelaskannya, gaji sejumlah Rp 17 juta yang menjadi hak tukang tersebut, belum dibayar mengingat pekerjaan pembangunan itu belum diselesaikan hingga 100 persen. Berikutnya tidak sesuai dengan RAB.
“Kalau menurut saya pekerjaan itu masih 85 persen. Karena lantainya belum dibersihkan. Belum diatur juga kiri kanannya,” terangnya.
Selain itu, menurutnya pekerjaan itu berjalan molor. Pasalnya, sudah harus diselesaikan pada Desember 2023 lalu. Namun, hingga akhir Januari pekerjaan itu belum juga rampung.
“Saya bilang akhir Desember selesai. Ujung-ujung sampai akhir Januari sampai awal Bulan Februari 2024. Katanya dia bisa kerja, bisa. Tapi ini sampai bulan dua belum selesai,” imbuhnya.
Dengan beberapa alasan itu, diakuinya upah tukang kemudian belum dibayar. Pasalnya, sesuai kesepakatan bersama, gaji tukang akan dibayar setelah pekerjaan selesai.
“Uangnya saya tidak tahan. Saya tidak pernah megang duit. Yang megang itu anggota saya. Terus buat apa uang yang hanya Rp 17 juta itu saya tahan,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Tukang Pembangunan Gapura Bumi Jaya, Suwarto menjelaskan pembangunan gapura tersebut menggunakan ABT Kampung Bumi Jaya TA 2023 senilai Rp 149 juta.
“Dipotong pajak jadi sisanya Rp Rp 128 juta. Itu untuk upah dan material. Yang belum saya bayar pasir sama besinya buat patung. Kalau pekerjanya sudah kubayar,” ujarnya.
Terkait upah bawahannya, lanjut lelaki yang akrab disapa Sipo itu, dirinya harus rela menjual Hp miliknya. Karena anggaran yang dikeluarkan Tim Pelaksana Kegiatan (TBK) tidak sesuai dengan permintaan dan belum mencukupi kebutuhan.
“Karena bayar kurang sedikit sampai kujualkan Hp kemarin daripada anak buah marah-marah sama saya. Karena anggaran cuma diberi sedikit-sedikit saja. Tidak semua,” keluhnya.
Disampaikannya, dirinya sempat menyampaikan masalah upah dan material yang dibutuhkan ke pemerintah kampung. Namun, pemerintah kampung menyebut tidak ada anggaran.
“Saya sampaikan. Karena waktu itu saya butuh beli cat yang 1 Kg saja. Tapi bilang gak ada uang. Terpaksa saya jual Hp sama bayar anak buah,” terangnya.
Dirinya pun mengeluh bahwa sejak awal, pembangunan gapura tersebut tidak sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat. Terutama terkait anggaran yang digelontorkan.
“Perjanjiannya kalau sama ngerjakan gapura itu terima jadi, saya di awal minta Rp 70 juta. Terus di awal cuma Rp 25 juta saja. Karena material kan saya semua. Makanya saya minta Rp 70 juta. Tapi tidak sesuai kesepakatan. Cuma diberi sedikit-sedikit,” paparnya.
Kepada kepala kampung (Kakam), dirinya juga sempat meminta agar uang gajinya segera dibayarkan. Mengingat pekerjaan sudah selesai. Namun, lagi-lagi yang bisa diterimanya hanyalah jawaban tanpa hasil.
“Saya tanya pak Kakam. Tapi Pak Kakam jawabnya selesaiakn dulu pekerjaan itu. Kalau sudah selesai uang sudah siap. Bilangnya begitu. Ya kuselesaikan. Tapi begitu selesai katanya tidak ada uang,” paparnya.
“Gaji saya yang belum dibayar itu utuhnya itu Rp 17 juta. Tapi yang namanya tukang itulah sisa uang yang kuharap. Karena gapura sudah 100 persen. Saya sudah capek berkali-kali temui pengurus sama pak Kakamnya,” tandasnya. (Elton/Fery)