Tanjung Redeb – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masif terjadi di Kabupaten Berau. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau mencatat, jumlah karhutla yang terjadi pada 2023 lalu, jauh lebih tinggi dari tahun 2022.
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Berau, Nofian Hidayat menyebut pada tahun 2023 silam, jumlah karhutla mencapai 111 kasus dengan total keseluruhan lahan yang terbakar mencapai 306 Hektare (Ha).
“Angka itu lebih tinggi dari tahun 2022 yang hanya sebanyak 34 kasus dengan luas lahan yang terbakar keseluruhan mencapai 87,5 hektare,” jelasnya.
Disampaikannya, kasus karhutla itu terjadi pada beberapa kecamatan, seperti Teluk Bayur, khususnya di Kampung Labanan Makmur dan Labanan Jaya, juga di Kecamatan Kelay, Segah, Tanjung Batu, dan Tabalar.
“Faktor cuaca ekstrem, suhu panas, dan banyaknya lahan gambut di tahun 2023 menyebabkan kasus karhutla meningkat. Kerugian yang dialami pun mencapai miliaran rupiah,” terangnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, kebakaran juga turut dipengaruhi oleh faktor manusia yang membuka hutan untuk berkebun dengan cara dibakar. Karena itu, pihaknya meminta agar masalah karhutla tersebut dapat diperhatikan secara serius.
“Dunia pendidikan dan penerbangan sempat berhenti sementara akibat kabut asap tahun 2015 lalu yang benar-benar parah. Makanya dampak karhutla itu perlu disadari,” pintanya.
Ditambahkannya, untuk mengurangi dampak buruk dari karhutla, masyarakat bisa mencari alternatif lain apabila hendak membuka lahan. Salah satunya dengan merintis, bukan membakar.
“Karena kalau bakar, khawatirnya akan membakar lahan lainnya. Karena kalau buka lahan saat musim panas, embusan angin bisa membawa bara api ke lahan yang kering,” tandasnya. (TNW/FST)