Tanjung Redeb – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau mengingatkan kembali soal potensi bencana. Untuk Kabupaten Berau, 2 teratas potensi yakni banjir dan longsor.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat menyebutkan, mitigasi sudah dilakukan, meskipun diakuinya masih banyak masyarakat yang belum paham.
Nofian mewanti-wanti masyarakat khususnya yang berada pada kawasan rawan banjir di daerah hulu Berau.
Intensitas hujan yang tinggi bisa memicu kembali terjadinya banjir dan longsor. Bahkan di setiap kecamatan hampir semua ada potensi 2 jenis bencana ini.
Belum lagi potensi banjir dan longsor ini kerap terjadi di sepanjang jalur Poros utama Berau-Kutim.
“Prediksi ini tentunya sudah melalui analisa detail hingga muncul perkiraan yang juga didasarkan pada kejadian yang sudah-sudah,” ungkapnya.
Nofian bahkan menyebutkan juga ada potensi di dalam kota Tanjung Redeb. Oleh karena itu, maka seluruh masyarakat diharapkan selalu waspada.
“Karena titik pastinya itu bisa dilihat, tetapi ada juga yang tidak terlihat khusus untuk longsor, hanya melihat potensi kerawanan khususnya yang tebing-tebing,” lanjutnya.
Peringatan ini juga menurutnya berlaku bagi warga yang bermukim dekat dengan daerah tebing. Termasuk masyarakat yang bermukim di kawasan bantaran sungai dengan dataran rendah.
Ada banyak kampung di daerah hulu Kecamatan kelay dan Segah hingga Sambaliung yang rawan banjir. Prakiraan itu bisa saja menjadi variabel pendukung kerawanan yang sudah diprediksikan.
“Oleh karena itu tidak ada salahnya kita selalu waspada,” ujarnya.
Ironisnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami soal mitigasi bencana atau upaya meminimalisir risiko.
Melalui sosialisasi dan edukasi yang sudah pernah diberikan, tetapi memang belum semuanya. Nofian bahkan menyebutkan ada daerah yang rawan yang sudah beberapa kali tertimpa bencana.
“Biduk-biduk itu belum ada sosialisasi, padahal disana ada potensi bencana puting beliung dan tsunami, belum ada sosialisasi edukasi, pelatihan mitigasi bencana,” bebernya.
Pemahaman masyarakat terhadap mitigasi ini juga sangat penting. Namun sayangnya masih jauh dari kata cukup. Karena lebih banyak masyarakat yang tidak paham dan apatis soal pemahaman ini.
“Kendala kita ini target mencerdaskan masyarakat masih jauh, pemahaman masyarakat terhadap mitigasi masih jauh, pemahaman dan kepedulian,” tandasnya. (FST)