Tanjung Redeb – Proyek raksasa saluran irigasi berskala besar pada 20 daerah irigasi (DI) di Bumi Batiwakkal diklaim hanya bermodus mencari keuntungan atau bersifat profit oriented. Terutama, jika proyek itu dibangun pada DI yang persawahannya tidak lagi aktif dan kurang memiliki sumber air yang cukup.
Wakil Ketua BPK Bumi Jaya, Yohakim menegaskan saluran irigasi yang sesuai rencana akan dibangun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau di DI Bumi Jaya tidak diperlukan. Mengingat pada umumnya masyarakat di sana tidak menekuni sektor persawahan.
Selain itu, lahan persawahan yang ada di sana sudah tak aktif atau sudah mati. Pasalnya, lahan itu dibiarkan begitu saja, tak digarap, dan diurus dengan baik oleh masyarakat. Sebab, masyarakat lebih menekuni bidang perkebunan sawit dan jagung, serta peternakan.
Karena itu, diyakini Yoakim, proyek itu dapat mubazir dan hanya sia-sia jika dibangun tanpa observasi lapangan yang mendalam. Apalagi saluran irigasi yang dibangun jelas membutuhkan sumber air yang mencukupi bagi persawahan masyarakat.
“Ini paling hanya modusnya untuk bisa ambil keuntungan dari proyek raksasa ini. Itu kalau menurut pikiran saya orang desa. Suruh pemerintah cek ke Kampung Bumi Jaya. Lahan sawah sekarang mati,” jelasnya.
Diakuinya, memang ada satu dua orang yang membuka sawah tiap tahun. Tapi itu hanya mengandalkan hujan. Selain sawah, ladang juga tidak banyak lagi diurus masyarakat. Sebab, selama ini kendala yang sering muncul yakni alsintan dan pupuk.
Selain di Bumi Jaya, menurutnya kampung-kampung di dekatnya seperti Campur Sari dan Tunggal Bumi yang akan dibangun saluran irigasi juga bernasib sama. Masyarakat rata-rata sudah menekuni perkebunan sawit.
“Campur Sari, Tunggal Bumi, Sumber Agung, dan Sumber Mulya. Ini rata-rata sama. Tidak ada juga sumber air yang mencukupi. Karena itu salah satu kendalanya. Kalau bisa dinas terkait melakukan pengecekan dulu,” pintanya.
Jika saluran irigasi itu dibangun mungkin masyarakat akan berpikir lagi untuk bertani. Namun, hal itu sungguh mustahil karena masyarakat tidak akan mudah meninggalkan pekerjaannya saat ini di bidang perkebunan.
Dengan demikian, menurut Yohakim, pembangunan saluran irigasi di Bumi Jaya tidak diperlukan karena tidak tepat sasaran. Proyek itu sebaiknya dialihfungsikan ke kebutuhan masyarakat lainnya yang lebih dibutuhkan saat ini.
“Karena nanti saluran irigasi ini tidak bisa maksimal secara fungsi. Alangkah baiknya dialihkan saja untuk kegiatan yang lain yang saat ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti peningkatan jalan kelompok tani dan pengadaan ternak,” bebernya.
Kepala Bidang Prasarana pada Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Mujitose menjelaskan kampung-kampung di Kecamatan Talisayan, termasuk Bumi Jaya masih memiliki lahan persawahan. Namun, lahan persawahan itu tidak terlalu luas.
Selain tidak luas, persawahan itu juga tidak digarap dengan baik karena bermasalah di air. Untuk mengatasi kekurangan air itu memang diperlukan pembangunan embung-embung, jika warga hendak kembali berusaha tani (sawah).
Secara khusus terkait pembangunan saluran irigasi, Mujitose meminta agar pembangunan itu seharusnya diprioritaskan pada daerah-daerah sentra padi. Meski demikian hal itu tidak menutup kemungkinan bagi daerah seperti Bumi Jaya.
“Saya kira mereka sudah melakukan studi kelayakan dan kajian teknis. Sehingga apabila irigasinya diperbaiki tidak menutup kemungkinan petani akan lebih semangat untuk berusaha tani (sawah) sehingga luas tanam akan meningkat,” pintanya.
Untuk diketahui, Pemkab Berau akan membangun saluran irigasi berskala besar pada 20 daerah irigasi (DI) di Bumi Batiwakkal. Sesuai rencana, anggaran yang disiapkan sejumlah Rp 200 miliar. Pembangunannya juga akan dimulai tahun ini. Salah satu DI yang hendak dibangun yakni DI Kampung Bumi Jaya.
Dari total anggaran hingga Rp 200 miliar itu, saluran irigasi yang dibangun untuk setiap DI itu menelan anggaran Rp 5-10 miliar. Anggaran yang besar ini dimaksudkan agar pembangunan berjalan maksimal. Saat ini anggaran itu sudah diajukan dalam pembahasan APBD Perubahan.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau, Hendra Pranata, sebelum pembangunan ini dimulai, pihaknya sudah membuat survei pada 20 DI tersebut.
Semua DI itu dipastikannya memiliki lahan persawahan. Memang ada lahan persawahan seperti di Bumi Jaya yang tidak lagi aktif. Namun, lahan persawahan yang tidak lagi aktif itu sesuai rencana pemerintah akan diaktifkan lagi. Dengan tujuan menjadikan pertanian sebagai sektor potensial.
“Persawahan itu terdata dengan baik sebagai aset. Kalau data-data, sudah fix semua. Aktif atau tidak itu tergantung kondisi. Kalau tidak aktif ya diaktifkan. Sebagai upayanya itu ya irigasinya direhab,” bebernya.
Karena itu, pembangunan saluran irigasi tidak hanya terkonsentrasi pada daerah-daerah yang sudah memiliki bendungan dan menjadi lumbung pertanian di Berau, seperti Buyung-Buyung. Pembangunan itu juga menyasar daerah yang persawahannya tidak lagi aktif dan saluran irigasinya bermasalah.
“Bendungan ya bendungan. Jaringan irigasi ya irigasi. Ya kan. Bukan karena sudah ada bendungan, jaringan irigasinya kita cuekin. Kalau air tidak mengalir gimana? Ya kan? Berau perlu berbenah lah dalam hal irigasi ini,” tandasnya. (*/TNW/FST)