Tanjung Redeb – Jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke destinasi wisata Maratua diketahui masih minim jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke beberapa destinasi wisata lain di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Pulau Derawan, Batu Putih, dan Biduk-Biduk.
Alih-alih meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, Festival Maratua Jazz yang digelar beberapa tahun belakangan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke destinasi tersohor Bumi Batiwakkal tersebut, belum sepenuhnya maksimal.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Ilyas Natsir, melalui Adyatama Kepariwisataan dan Ekraf Ahli Muda, Ita menjelaskan pihaknya tidak memiliki data spesifik terkait jumlah kunjungan wisatawan saat menghadiri event Maratua Jazz.
“Yang ada hanya data kumulatif untuk setiap kecamatan selama tiga tahun terakhir. Tapi saya usahakan agar tahun ini, saya akan data khusus event Maratua Jazz,” ungkapnya.
Founder Maratua Jazz, Juhriansyah mengaku festival yang digelar pihaknya belum berdampak pada meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Maratua. Namun, meningkatkan jumlah wisatawan ke Maratua tidak serta merta hanya diukur melalui pergelaran Maratua Jazz tersebut.
“Kan faktornya bukan hanya Maratua jazz saja. Tapi kami meyakini penyelenggaraan Maratua Jazz juga menjadi pemicu tumbuhnya infrastruktur, keterkenalan Maratua. Ukurannya saat ini sudah banyak yang buat event, meeting di Maratua,” jelasnya.
Kendati demikian, diakuinya, jumlah kunjungan wisatawan ke Maratua memang perlu ditingkatkan. Secara khusus terkait festival itu, pihaknya tidak mendata secara pasti jumlah pengunjung yang menghadiri festival tersebut pada tahun lalu.
“Secara pasti tahun lalu kita tidak menghitung jumlah pengunjung. Tapi ukurannya kamar full. Perkiraan 500 orang ada. Catatannya, dari Tanjung Redeb menggunakan speedboat. Itu belum masyarakat Maratua yang nonton,” terangnya.
Untuk berbenah dan memastikan jumlah pengunjung yang menghadiri event tersebut, pihaknya akan berupaya agar pada 22-25 November 2023, saat event itu kembali digelar, jumlah pengunjung dapat terdata dengan baik. Berbagai faktor yang menghambat juga akan coba diatasi.
“Tahun ini, kami coba hitung jumlah kunjungan yang nonton event itu. Akan kita buatkan di gate masuk ke veneu. Kalau kami, targetnya ada 1000 paket wisata yang terjual sudah bagus. Karena ada faktor lain belum mendukung,” imbuhnya.
Disampaikannya, jumlah kunjungan yang minim itu terutama terjadi karena faktor transportasi, baik transportasi laut maupun udara. Hal itu cukup menjadi kendala yang berarti dan menjadi penghambat jumlah kunjungan.
“Asumsi kita di pintu masuk Kalimarau, 1.000 pengunjung ke Maratua itu tidak mungkin. Setelah itu speedboat. Saya sudah berhitung dengan kawan-kawan, ada 29 speedboat yang ada di Maratua. Itu hanya bisa mengangkut dalam satu hari 530 orang,” bebernya.
Tak hanya transportasi. Jumlah kamar hotel dan homestay yang kurang juga menyimpan kendala yang berarti. Belum lagi tarif atau ongkos yang mahal ditambah event lain yang digelar turut mendukung jumlah pengunjung yang datang dan menginap di Maratua.
“Kita panitia saja sudah kehabisan kamar. Sekarang cuma dapat 10 kamar saja. Kemungkinan yang bisa dan tersisa kamar yang mahal dan homestay. Nah, homestay juga kayaknya sudah habis. Jadi, itu yang saya anggap faktor-faktor lain yang harus mendukung,” ujarnya.
Meskipun jumlah kunjungan sangat penting, Juhriansyah menjelaskan kualitas destinasi wisata juga perlu dilihat. Sehingga ukuran yang dipakai untuk mengukur suatu destinasi wisata yang berkualitas juga dilihat dari segi kucuran modal dan belanja-belanja lainnya yang keluar dari kantong para pengunjung.
“Kita mau jadikan Maratua dengan kualitas destinasi yang berbeda dari lainnya. Jadi saya memandangnya bukan banyaknya kunjungan orang nonton saja. Tapi berapa uang yang dikeluarkan oleh penonton yang masuk ke sana. Ukurannya adalah berapa paket wisata yang terjual oleh tour and travel,” ungkapnya.
Dengan demikian, selain jumlah kunjungan, jumlah uang yang beredar juga menjadi faktor penentu kualitas sebuah destinasi wisata. Tahun ini, perputaran uang pada saat pergelaran festival tersebut juga akan dihitung.
“Kalau kami ingin Maratua kelasnya berbeda dengan destinasi lainnya di Berau. Jadi, cara menjualnya juga mesti berbeda dan inovatif. Semoga tahun ini kami bisa menghitung uang yg beredar selama pelaksanaan Maratua jazz,” ucapnya.
Tahun ini, tambah Juhriansyah, pihaknya sudah mempromosikan pergelaran event itu ke beberapa negara. Karena itu, dirinya berharap agar melalui promosi itu, jumlah kunjungan wisatawan dan berbagai dampak lainnya bisa diperoleh pada masa-masa mendatang. Lebih dari itu, wisata Maratua semakin terkenal.
“Kita akan gelar lagi tanggal 2-6 Oktober 2024. Habis gelaran tahuni ini kita langsung buat Road to Maratua Jazz di berbagai kota. Targetnya komitmen wisatawan mau datang dan kamar di resort, homestay, dan lainnya full untuk tahun depan,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Data Disbudpar Kabupaten Berau menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kecamatan Maratua selama tiga tahun terakhir, terhitung sejak medio 2020-2022, masih lebih rendah dari tiga daerah lainnya tersebut.
Pada 2020 silam misalnya, jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Maratua mencapai 4.288 orang. Pada periode yang sama di tahun 2021, mencapai 6.891 pengunjung. Sedangkan pada 2022 mencapai 19.757 pengunjung.
Berbeda dengan kunjungan ke Maratua, jumlah kunjungan ke destinasi wisata Pulau Derawan, Januari-Desember 2020, mencapai 8.561 orang. Meskipun menurun pada 2021 dengan total 5.166 pengunjung, jumlah kunjungan ke Pulau Derawan meningkat tajam pada 2022, mencapai 42.026 kunjungan.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Batu Putih bahkan jauh lebih lebih tinggi daripada ke Maratua dan Pulau Derawan. Pada 2020 lalu, total kunjungan wisatawan periode Januari-Desember mencapai 19.041 pengunjung. Pada 2021 mencapai 20.299 orang. Sedangkan pada 2022 mencapai 39.609 pengunjung.
Biduk-Biduk juga tak kalah tingginya dengan Pulau Derawan dan Batu Putih. Pada periode yang sama di tahun 2020 silam, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 11.662 pengunjung. Pada 2021 mencapai 19.330 kunjungan. Sedangkan pada tahun 2022 mencapai 23.873 orang.
Bila melihat data khusus pada saat Festival Maratua Jazz digelar pada November 2022 silam, jumlah kunjungan wisatawan ke Maratua hanya mencapai 718 orang. Sedangkan pada bulan yang sama saat event itu digelar, kunjungan ke Batu Putih mencapai 1.648 pengunjung dan ke Biduk-Biduk mencapai 889 pengunjung. (TNW/FST)