Tanjung Redeb – Pekerjaan jembatan Sambaliung hampir tuntas. Sesuai hasil uji lab, kuat tekan beton sudah mencapai 85 persen. Kendaraan roda empat (R4) dengan beban maksimal 4 ton juga sudah diperbolehkan melintas, per Kamis (14/9).
Namun, di tengah glorifikasi warga atas dibukanya jembatan untuk R4 itu, keluhan piluh masih saja terdengar. Dari balik dinding media sosial Facebook (FB), terpampang keluhan seorang istri atas nasib suaminya. Upah sang suami, diakuinya, belum dibayar lunas.
Ibu dengan akun FB bernama Astry Budhy itu menulis: “Kasihannya suamiku yang kerja borong jembatan Sambaliung. Sudah selesai. Ada 10 hari. Tapi belum dibayar juga. Titik. Keringatnya orang. Yang punya rasa tanggung jawab orangnya sudah kabur (red).”
“Bukan uang sedikit. Itu gajinya orang. Tapi gak ada yang mau tnggung jawab sudah. Rasanya mau ngamuk. Kasihan lihat suami sudah kerja panas-panasan, hujan-hujanan. Tapi pas selesai orangnya pada kabur. Gak ada yang mau tanggung jawab. Bayar. Titik. Keringat orang (Red),” keluhnya.
Menanggapi hal itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Rehab Jembatan Sambaliung, I Nyoman Suardika akan mencoba mencari informasi terkait hal itu. Walaupun persoalan terkait upah pekerja jembatan tersebut bukan menjadi kewenangannya.
“Saya coba cari info ya. Cuma bukan ranah saya. Kontraktorlah yang mempekerjakan mereka di jembatan. Kalau saya nda sampai ke situ. Saya nda ngerti mekanisme kontraktor ke pekerjanya,” jelasnya.
Kontraktor Pelaksana Rehab Jembatan Sambaliung, PT BKM – PT ECA, KSO, Dewi Puspita Sari menerangkan upah para pekerja yang belum dibayar itu terjadi karena pekerjaan belum selesai.
“Pekerjaan mereka kan belum selesai. Bekisting aja belum dibongkar,” singkatnya.
Menanggapi media ini terkait waktu pembayaran upah untuk para pekerja itu, Dewi belum memberikan keterangan pasti. (*/TNW/FST)