Tanjung Redeb – Bupati Berau, Sri Juniarsih, menegaskan komitmennya untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai tumpuan pembangunan masa depan Kabupaten Berau, seiring dengan transisi dari ketergantungan terhadap sumber daya alam menuju pengembangan potensi berkelanjutan.
“Alhamdulillah, Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten Berau, telah dipercaya sebagai pusat pengembangan pariwisata dengan segala potensinya. Oleh karena itu, sektor ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya,” ujar Bupati Sri Juniarsih dalam wawancara.
Menurutnya, pariwisata tidak bisa dipisahkan dari kelestarian lingkungan, terutama hutan. Ia menekankan bahwa hutan adalah anugerah dari Allah SWT yang tidak hanya menyimpan keindahan alam tetapi juga menghasilkan karbon baik yang dibutuhkan dunia.
Ia mengungkapkan bahwa sebanyak 77 desa di Berau telah menerima dana karbon masing-masing sebesar Rp 390 juta sebagai insentif untuk menjaga hutan.
“Ini adalah contoh yang baik dan patut ditiru oleh desa-desa lain. Kita harus bersama-sama menjaga hutan kita, karena keberadaannya sangat vital bagi kehidupan dan kelangsungan pariwisata kita,” jelasnya.
Sri Juniarsih juga menyoroti dampak buruk dari aktivitas ilegal seperti pembalakan liar (illegal logging) dan eksploitasi sumber daya alam secara tidak sah, yang dinilainya telah menyebabkan bencana seperti banjir yang terjadi belakangan ini.
“Banjir yang kita alami saat ini adalah akibat dari kelalaian kita di masa lalu. Meskipun bukan menjadi kewenangan daerah, kita tetap punya tanggung jawab moral untuk menjaga lingkungan kita,” tambahnya.
Selanjutnya, ia menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak pernah mendapatkan keuntungan dari praktik-praktik ilegal tersebut. Ia menyerukan kerja sama dari semua pihak, baik masyarakat, pemerintah pusat, hingga pelaku industri untuk menjaga hutan sebagai aset berharga.
“Hutan adalah tempat wisata alami kita. Jika dikelola dengan benar, hutan bisa menjadi sumber kesejahteraan masyarakat dan memperkuat daya tarik pariwisata Berau,” tutup Bupati Sri Juniarsih.