TANJUNG REDEB – Sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi kendala bagi nelayan dan pemerintah daerah dalam meningkatkan produksi ikan di Berau.
Bupati Berau, Sri Juniarsih mengakui bahwa produksi ikan pada tahun 2023 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
“Produksi perikanan laut dan perikanan umum meningkat pada tahun 2023 sebesar 2.143,22 ton, dari 26.693,75 ton pada tahun 2022 menjadi 28.836,97 ton di tahun 2023,” ungkapnya.
Namun, ia juga mencatat bahwa produksi ikan pada semester kedua (Juni-Desember 2023) mengalami penurunan, berbeda dengan semester pertama (Januari-Juni 2023) yang menunjukkan peningkatan.
“Hal ini disebabkan oleh faktor perubahan musim yang tidak dapat diprediksi oleh nelayan, serta harga BBM yang mahal dan langka,” tambahnya.
Kepala Dinas Perikanan Berau, Dahniar Ratnawati, membenarkan bahwa mahal dan langkanya BBM menjadi kendala utama dalam menurunkan produksi ikan laut, umum, dan budidaya. “Kami telah mengusulkan kuota BBM bulanan sesuai dengan kapasitas mesin nelayan yang layak mendapatkan subsidi BBM kepada BPH Migas. Penyaluran BBM menjadi kewenangan SPBN dan SPBU yang ditunjuk oleh Pertamina,” jelasnya.
Dahniar menegaskan pihaknya akan berupaya maksimal untuk memfasilitasi penambahan SPBN untuk nelayan di wilayah yang belum ada, seperti Kecamatan Tabalar. Selain itu, cuaca dan kondisi alam seperti bulan terang juga mempengaruhi ketersediaan ikan. Dinas Perikanan berencana memfasilitasi investor untuk pengembangan cold storage dan telah mengusulkan pengadaan life jacket ke provinsi agar nelayan bisa melaut dengan aman.
Cold storage akan digunakan untuk menyimpan ikan agar tahan lebih lama, menjaga ketersediaan ikan tetap mencukupi saat cuaca buruk. “Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sudah ada bangunan untuk cold storage dan gudang beku, tinggal menunggu pemasangan mesin. Selain di TPI, wilayah sentra nelayan seperti Tabalar, Talisayan, dan Pulau Derawan juga perlu diusulkan ke provinsi,” pungkasnya. (adv/Fery)