Tanjung Redeb – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Berau memastikan bahwa seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di wilayah tersebut telah siap menghadapi segala kemungkinan terkait penyebaran wabah Mpox (Monkeypox).
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kekhawatiran publik yang meningkat, meskipun hingga saat ini Kabupaten Berau dan seluruh wilayah Kalimantan Timur masih berada dalam status nol kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Berau, Garna Sudarsono, menjelaskan bahwa hingga kini tidak ada kasus Mpox yang terdeteksi di Kabupaten Berau maupun di seluruh Provinsi Kalimantan Timur.
“Alhamdulillah, hingga saat ini di Berau dan seluruh Kalimantan Timur masih nol kasus Mpox. Penyakit ini baru teridentifikasi di beberapa daerah di Pulau Jawa,” ujarnya.
Meski demikian, Garna menegaskan bahwa Dinkes Berau tetap waspada dan telah mengambil berbagai langkah antisipatif untuk memastikan bahwa seluruh faskes di Kabupaten Berau siap menghadapi potensi penyebaran penyakit ini.
“Kami telah melakukan koordinasi dengan seluruh puskesmas, rumah sakit, dan klinik di Berau. Tenaga medis sudah mendapatkan pelatihan dan kami telah memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menangani kasus Mpox jika sewaktu-waktu terjadi di sini,” ungkapnya.
Garna menjelaskan bahwa Dinkes Berau telah menyiapkan prosedur standar operasional (SOP) untuk penanganan kasus Mpox, termasuk langkah-langkah isolasi dan perawatan pasien yang diduga terinfeksi.
“Setiap faskes telah dilengkapi dengan panduan penanganan kasus, termasuk prosedur isolasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut jika ada pasien yang terdeteksi,” tambah Garna.
Salah satu fokus utama dalam upaya pencegahan yang dilakukan oleh Dinkes Berau adalah edukasi masyarakat mengenai pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menurut Garna, penerapan PHBS menjadi kunci dalam mencegah penyebaran Mpox.
“PHBS adalah langkah yang sangat penting. Masyarakat harus terus diingatkan tentang pentingnya mencuci tangan secara rutin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau hewan yang berpotensi menjadi sumber penyakit,” jelasnya.
Dinkes Berau juga terus meningkatkan sosialisasi mengenai gejala-gejala Mpox yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Gejala umum Mpox meliputi demam, ruam pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
“Jika ada warga yang mengalami gejala-gejala tersebut, kami minta untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyebaran yang lebih luas,” tegas Garna.
Dalam upaya pencegahan ini, Dinkes Berau juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur serta Kementerian Kesehatan untuk memantau perkembangan wabah Mpox di Indonesia. Garna menyebutkan bahwa monitoring intensif terus dilakukan untuk memastikan bahwa Kabupaten Berau selalu mendapatkan informasi terbaru dan siap merespons setiap situasi yang mungkin terjadi.
Selain itu, Garna menambahkan bahwa masyarakat Berau tidak perlu panik, namun tetap harus waspada.
“Meskipun saat ini Mpox baru terdeteksi di wilayah Pulau Jawa, kita harus tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Kami akan terus memantau situasi dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga Kabupaten Berau tetap aman dari wabah ini,” ujarnya.
Garna menegaskan bahwa meskipun Mpox belum terdeteksi di Berau, kesiapan dan pencegahan harus menjadi prioritas utama.
“Kami tidak boleh lengah. Dengan kesiapan faskes dan partisipasi aktif masyarakat dalam menerapkan PHBS, kami optimistis bahwa Kabupaten Berau dapat tetap terjaga dari ancaman wabah Mpox,” pungkasnya. (Fery)