Tanjung Redeb – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Berau mencatat sepanjang tahun 2023 hingga awal tahun 2024 telah terjadi 10 kasus difteri di Kabupaten Berau.
Dari 10 kasus itu, terdapat satu kasus positif terjadi di 2023 silam hingga berujung pada kematian. Kasus kematian itu terjadi di Kelurahan Rinding, Kecamatan Teluk Bayur.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Berau, Garna Sudarsono menjelaskan dengan adanya kematian itu, Rinding masuk status kejadian luar biasa (KLB).
“Kalau di Teluk Bayur, Rinding sudah berstatus KLB. Itu sudah ada SK Bupati,” jelasnya.
Disampaikannya, dari 10 kasus itu, 8 kasus terjadi sepanjang tahun 2023. Dengan rincian dua kasus terjadi di Puskesmas Teluk Bayur dan sisanya di Puskesmas Tanjung Batu dan Tanjung Redeb.
“Jadi sampai Desember 2023 kemarin itu ada 8 orang. Kemudian dari 8 orang ini yang positif ada dua. Dari dua yang positif ini, satu orang meninggal dunia. Itu umur 5 tahun di Kelurahan Rinding,” terangnya.
“Dua yang positif itu berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Dan ada 3 orang yang dicurigai atau suspek difteri. Kemudian ada tiga lainnya compatible klinis,” sambungnya.
Untuk mencegah penyakit menular akibat kematian yang terjadi di Rinding tersebut, pihaknya telah turun lapangan dan melakukan outbreak response immunization (ORI).
“ORI ini untuk beri kekebalan pada anak usia dua bulan sampai 15 tahun. Jadi sasarannya anak-anak yang di posyandu, di PAUD, TK, SD, dan SMP, Karena kelompok usia ini yang paling rentan terhadap penularan penyakit ini,” bebernya.
Untuk anak-anak berusia dua bulan sampai 5 tahun itu diberi vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), kemudian 5-7 tahun diberi vaksin difteri tetanus (DT). Sedangkan yang berusia 7-15 tahun diberi vaksin tetanus difteri (TD).
Pada awal tahun 2024, ditambahkannya, telah terjadi dua kasus difteri. Satu kasus terjadi di Kampung Sambarata, Kecamatan Gunung Tabur dan satu lainnya terjadi di Kasai, Kecamatan Tanjung Batu.
“Di wilayah Gunung Tabur itu di salah satu perusahaan di Sambarata. Itu usia dewasa. Hasilnya itu compatible klinis. Artinya labnya negatif sehingga diberi Anti Difteri Serum (ADS) dan dilakukan vaksin kontak,” tegasnya.
“Dan satunya di Kasai, wilayah Puskesmas Tanjung Batu. Itu umur 3 tahun 10 bulan jenis kelamin laki-laki. Itu meninggal juga,” ujarnya.
Diakuinya, kematian yang terjadi di Kasai itu belum dapat dikatakan positif difteri. Namun, sudah masuk suspek difteri. Saat ini pihaknya tinggal menunggu hasil pemeriksaan laboratorium di Samarinda.
“Hasil labnya itu 7-10 hari. Sampai hari ini belum ada hasilnya. Tapi kita sudah ambil sampelnya. Sudah kita kirim ke Samarinda untuk pemeriksaan laboratorium,” imbuhnya.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit ini di Kasai, pihaknya juga sudah melakukan survei kontak dengan orang-orang yang pernah berkontak langsung dengan anak tersebut.
“Kemudian pemberian profilaksis berupa obat-obatan dan monitoring. Tapi kalau misalnya hasil lab anak yang meninggal itu positif maka kita akan beri ORI juga untuk orang-orang di sekitar Kasai dengan umur 2 bulan sampai 15 tahun,” ungkapnya.
Meskipun Rinding sudah berstatus KLB, ungkapnya, Kabupaten Berau secara umum belum berstatus KLB difteri. Namun, penting bagi anak-anak dengan kelompok usia tersebut untuk tetap menjaga kesehatannya dengan baik.
“Secara umum, Kabupaten Berau belum KLB difteri. Tapi difteri ini kan penyakit menular. Kalau yang kondisi tubuhnya kurang sehat bisa saja dia ini yang terkena,” tandasnya. (TNW/FST)