Tanjung Redeb – Kabupaten Berau diapit oleh dua lempengan aktif. Yakni, Lempeng Mangkalihat dan Lempeng Tarakan (Laut Sulu).
Kedua lempengan tersebut, sampai saat ini berpotensi terjadi pergeseran. Dan tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada bencana yang tidak diinginkan.
Kabid Kedururatan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat menjelaskan, bahwa memang Kabupaten Berau saat ini memiliki potensi terjadi tsunami.
“Potensi itu ada, meskipun terbilang kecil,” ujarnya.
Dikatakannya, meskipun potensinya kecil, tapi masyarakat harus tetap siaga. Pasalnya, tidak ada yang mengetahui kapan bencana tersebut akan terjadi.
“Terlebih lagi, memang kami belum memiliki alat yang bisa mendeteksi potensi tsunami tersebut,” katanya.
Dirinya menjelaskan, bahwa alat pendeteksi tsunami itu harusnya terpasang di daerah Pesisir Selatan Berau dan daerah Kepulauan Derawan.
“Itu wilayah yang paling rawan terjadi tsunami, karena memang lokasinya di daerah pantai,” terangnya.
Lanjutnya, saat ini pihaknya pun berupaya untuk melakukan mitigasi. Dimana, mitigasi adalah upaya yang bertujuan untuk menurunkan risiko dan dampak dari bencana. Bencana sendiri memiliki tiga kelompok kategori, yakni bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
“Tentunya, bagi masyarakat yang berada di wilayah Kepulauan Derawan dan Pesisir Selatan Berau, itu harus mendapatkan pemahaman soal sikap dan tindakan yang harus dilakukan jika tsunami terjadi,” tuturnya.
Tak hanya itu, dirinya berpandangan bahwa memang harus dilakukan simulasi agar masyarakat lebih matang menghadapi potensi bencana tersebut.
“Kalau memungkinkan, pastinya kami mau agar ada simulasi,” tandasnya. (FST)